Kamis, 30 Oktober 2008

HARUS MENANG



Oleh: Hartati Nurwidjaya

Kita semua sudah melewati masa liburan dan sudah bersilaturahmi dengan sanak keluarga. Maka, kini saatnya kita meneruskan langkah mencapai cita-cita dengan berusaha sekuat tenaga dan pikiran.

Saya mau buka sedikit rahasia, begini; setiap hari di inbox selalu dapat kiriman email dari motivator dunia yang memang banyak asalnya dari negeri Paman Sam. Isi emailnya, yang paling saya sukai dari Mike Brescia, sebab setiap subjek email judulnya: Tati “Today is Your Day to Win”.

Menurut Dan Robey, bahwa aktivitas yang dilakukan secara terus menerus selama 20 hari akan menjadi kebiasaan. Nah, akibat saya baca email yang judulnya “harus menang”, maka sekarang dipikiran sudah otomatis meminta tubuh dan seluruh anggota badan untuk menuju kemenangan.

Jika mental dan perasaan kita sudah terbiasa untuk melawan rasa malas, rasa pesimis, dan hal negatif lain, maka semua jiwa dan raga diarahkan agar menang. Sebagai pelajar; Anda harus menang dengan mendapat nilai ujian tinggi. Sebagai pengusaha; Anda harus mencapai target omzet. Sebagai penulis, saya harus menulis setiap hari agar menang dan bisa menerbitkan buku lagi.

Hari ini saya membaca kisah mengenai dua orang bersaudara kandung, yang satu penjahat berbahaya dan satunya lagi seorang guru besar di universitas. Suatu hari ketika si penjahat tertangkap oleh polisi, dan sesuai prosedur ditanyakan padanya mengenai keluarga yang bisa dihubungi.

Jawabannya menarik perhatian polisi. Sebab, si penjahat memberi tahu bahwa saudaranya adalah seorang profesor. Lalu, polisi memberitahu wartawan mengenai temuan yang menarik ini.

Akhirnya, wartawan mengetahui latar belakang keluarga dua bersaudara tersebut. Ternyata, ayah mereka adalah seorang penjudi dan sering memukuli anak-anaknya. Ketika keduanya berusia 19 tahun dan 20 tahun, ayah mereka meninggal akibat serangan jantung.

Singkat cerita, wartawan mewawancarai kedua bersaudara tersebut di tempat terpisah. Pertanyaannya adalah, “Bagaimana hingga Anda bisa jadi begini?”

Jawaban keduanya secara kebetulan sama, “Punya ayah macam ayah saya, gimana saya enggak jadi begini?”

Si penjahat mengatakan alasan ia menjadi penjahat kelas kakap dan berbahaya akibat ayahnya yang penjudi dan tukang pukul.

Sedangkan saudaranya yang menjadi profesor, justru giat belajar, rajin beribadah, dan berteman dengan orang baik-baik. Ia justru termotivasi dan tidak ingin menjadi orang seperti ayahnya.

Kesimpulannya, betapa pun sulitnya situasi kita, baik dari lingkungan kerja, keluarga, sekolah, atau teman. Namun, jika kita bisa menentukan pilihan yang baik bagi diri sendiri, maka segala hal yang buruk sekalipun bisa dijadikan motivasi untuk menjadi orang sukses dan baik. Tunjukkan pada dunia, ini Anda bisa. Tapi ingat, janganlah menjadi sombong.[hn]

* Hartati Nurwidjaya adalah seorang ibu rumah tangga yang saat ini tinggal di Megara, Yunani. Ia baru saja meluncurkan sebuah buku bertemakan perkawinan antarbangsa. Tati dapat dihubungi melalui blog-nya di: http://perkawinan-antarbangsa-loveshock.blogspot.com atau melalui email: tatia30@yahoo.com.

SELAMANYA ORANGTUA ADALAH GURU BAGI ANAKNYA


-
Oleh: Zhen Zhen

Apa yang selalu diharapkan oleh orangtua selain anak yang sehat jasmani dan rohani? Multi-talenta? Serta IQ yang di atas rata-rata?

Semua itu adalah keinginan yang masih wajar-wajar saja. Hanya saja, kadang orangtua lupa akan nilai moral yang seharusnya ditanamkan dalam pribadi anak sejak usia dini.

Kita ambil contoh yang paling sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kita jumpai pada waktu jam makan, anak selalu dibiarkan makan sambil bermain dan berlari kesana kemari, yang penting makanannya habis. Sungguh sangat memprihatinkan. Secara tidak langsung ini mencerminkan kurangnya kedisiplinan orangtua dalam mendidik anak. Juga, ini seperti mengajarkan anak menjadi tidak disiplin.

Jika hanya sesekali saja masih wajar saja, tapi kalau keterusan tentu saja tidak baik dan mungkin akan berakibat fatal. Kenapa demikian? Karena, jika sampai anak tersedak makanan, mungkin saja itu akan membahayakan nyawa si anak itu sendiri.

Orangtua memegang peran yang sangat besar dan bertanggung jawab sepenuhnya dalam pengembangan mental dan moral anaknya.

Ketika saya dalam perjalanan dari sekolah salah satu saudara saya yang masih duduk di bangku SD menuju rumah, ada seorang bapak yang sedang bertanya pada anaknya yang berumur 8 tahun tetang kegiatannya hari itu.

Bapak: "Hari ini bagaimana sekolahnya, Nak?"
Anak: "Tadi berantem sama temanku si A."
Bapak: "Terus?"
Anak: "Si A mau minjam pensil warnaku, tapi nggak kukasih."
Bapak: "Terus?"
Anak: "Katanya kalau aku selalu begitu nanti aku nggak punya teman."
Bapak: "Terus?"
Anak: "Terus, kukatakan aja nggak apa-apa, kok. Yang pentingkan aku pintar. Benar nggak, Pa?"
Bapak:"Benar. Nggak apa-apa, yah! Yang penting jadi anak yang pintar. Kalau pintar nanti juga banyak yang deketin."

Sungguh sangat menyedihkan percakapan antara bapak dan anak tersebut. Memang benar sebagai orangtua kita wajib memotivasi anak, tapi kalau dengan cara demikian, apa pendapat Anda? Bukankah secara tidak langsung si bapak telah menanamkan benih keangkuhan yang tida penting dalam diri anaknya? Ingatlah, kesombongan tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi kita.

Sebenarnya, seorang anak kecil memiliki hati yang tulus dan mulia. Mereka selalu memperlakukan orang-orang yang berada di sekitarnya layaknya dirinya sendiri. Mereka selalu mengajak kita atau anak yang lainnya untuk bermain bersama tanpa memandang adanya perbedaan suku, agama, warna kulit, atau status ekonomi.

Suatu sore ketika anak saya yang baru berumur 3 tahun minta dipotongkan es potong kesukaannya, ia berkata, "Ma, Mbak-mbak di kasih juga yah?" Ketika saya memotong es, ia mengingatkan kembali agar saya tidak lupa membagikan pada pembantu saya satu orang satu potong. Saya hanya tersenyum dan mengiyakan keinginannya. Ada terselip perasaan kagum akan kemurahan hati anak kecil ini.

Cobalah kita amati tingkah dan sifat asli anak-anak. Mereka memiliki sifat-sifat luhur yang seharusnya kita kembangkan dan bimbing agar kelak mereka menjadi orang yang dapat berkembang dengan baik, serta dapat diterima dengan baik pula oleh orang di lingkungannya maupun masyarakat. Jangan sebaliknya, kita malah meracuni mereka dengan sifat yang egois dan serakah.

Berikanlah anak kebebasan yang terarah dalam pengembangan kepribadiannya. Janganlah selalu memaksakan kehendak orangtua kepada anak. Memang, selaku orangtua kita selalu ingin yang terbaik untuk anak. Tapi, hargailah mereka selaku individu yang berkepribadian. Terkadang mereka juga memiliki pendapat yang ingin mereka pertahankan. Maka, usahakanlah untuk selalu menjalin komunikasi yang baik dengan mereka.

Dengarkan kata-kata mereka, dengarkan keinginan mereka, dan awasi sikap yang mereka ambil. Baru kita memberikan penjelasan dan penilaian atas sikap mereka, apakah baik atau harus diperbaiki, tapi dengan cara yang benar. Anak akan bisa mengerti dan menurut jika yang kita ajarkan memang masuk akal. Usahakan hindari sikap menghakimi, seolah mereka adalah tersangka yang bersalah.

Kita selaku orangtua adalah guru pembimbing bagi mereka. Kitalah guru mereka yang paling pertama dan untuk selamanya.

Di kota-kota besar pada zaman sekarang ini, banyak kita jumpai orangtua yang bahkan tidak tahu anaknya hari ini di sekolah belajar apa. Ada PR atau tidak, sama teman bagaimana, pulang sekolah ke mana… Yang mereka pikirkan hanyalah bekerja untuk memenuhi kebutuhan jasmani keluarganya atau sibuk dengan kegiatan yang entah bermanfaat atau tidak di luar rumah.

Anak dari pagi buka mata hingga malam menutup mata, orang yang pertama dan terakhir mereka lihat adalah pengasuhnya (baby sitter atau nanny). Perlu kita ketahui bahwa tidak ada orang lain yang bisa memberikan kasihnya dan mengerti anak kita seperti yang kita berikan. Boleh saja ada orang yang membantu tapi jangan kita lupa akan tugas dan tanggung jawab kita sebagai orangtua.

Jika kita lupa atau melupakan tugas kita sebagai orangtua, lalu apa fungsi kita sebagai orangtua? Bagaimana penilaian anak akan orangtuanya? Apakah mereka bisa menghargai orangtua sepenuhnya? Jadi, jangan selalu menyalahkan anak jika orangtua tidak memberikan contoh yang baik pada mereka.

Anak yang kita lahirkan bagaikan bunga yang kita tanam, mulai dari menanam benihnya, kita menjaganya. Setiap hari kita menyiraminya dengan kasih sayang, selalu kita memupuknya dengan cinta. Hingga suatu hari kelak ia akan tumbuh subur dan berbunga cantik dan wangi juga bermanfaat.

Marilah kita selalu belajar bersama agar hidup ini lebih bermakna. Salam Pembelajar.[zz]

* Zhen Zhen adalah seorang ibu rumah tangga yang berminat dalam bidang tulis-menulis. Ia adalah alumnus Sekolah Penulis Pembelajar Angkatan I. Tinggal di Jakarta, Zhen Zhen dapat dihubungi melalui email: yuwa_yw@yahoo.com.

KUTU LONCAT



Oleh: Afra Mayriani

"Nothing is too high for a man to reach, but he must climb with care and confidence."
~ Hans Christian Andersen

"I have missed more than 9000 shots in my career. I have lost almost 300 games. On 26 occasions I have been entrusted to take the game winning shot . . . and missed. And I have failed over and over and over again in my life. And that is why . . . I succeed."
~ Michael Jordan

“Kutu loncat” dalam urusan karier sering didefinisikan sebagai seseorang yang sering berpindah-pindah pekerjaan. Kalau saya menyebutnya dengan istilah “nomaden”. Biasanya, kegiatan berpindah perusahaan ini dilakukan dalam rentang waktu kerja satu sampai lima tahun sekali. Namun, tidak jarang karyawan yang masa kerjanya belum memasuki satu tahun, telah memutuskan untuk keluar dan pindah ke perusahaan lain.

Para “kutu loncat” ini sebenarnya bukanlah kategori karyawan yang tidak berkompetensi. Justru kebanyakan dari mereka adalah para profesional yang memiliki kompetensi dan kualitas sangat bagus. Mungkin Anda akan bertanya-tanya, jika memang sudah memiliki karier bagus, gaji dan benefit bagus, lalu apa sih yang mereka cari sesungguhnya? Kenapa merisikokan perjalanan karier mereka untuk suatu tujuan yang sebenarnya mereka sudah dapatkan di suatu perusahaan?

Jawabannya sangatlah simpel, yakni sebuah tantangan. Tantangan untuk terus maju dan mengembangkan diri sejalan dengan lajunya aspek-aspek dalam dunia ini. Tentu saja dibarengi dengan kompensasi lain yang sangat menunjang dan menggiurkan, seperti benefit dan posisi yang lebih tinggi atau menjanjikan.

Tika Bisono, misalnya. Seperti dikutip dari Human Capital No.10 Tahun 2005, Tika menjadikan sifat berpindah perusahaan ini sebagai salah satu strateginya dalam berkarier. “Saya selalu melihat semua pekerjaan itu ada aspek psikologinya. Semua hal yang saya geluti selalu baru, tetapi tidak kehilangan hubungan dengan psikologi,” ungkap Tika. “Itu merupakan syarat utama saya. Saya merencanakan ini sebenarnya sejak lulus S1 tahun 1985. Rencana saya adalah saat itu saya masih berusia 24 tahun, saya menghitung enam tahun, hingga usia 30 tahun itu adalah proses belajar di perusahaan, sambil berjualan kompetensi. Dan, perusahaan yang saya masuki itu harus MNC (multi-national corporation-red) untuk mengejar relasi di tingkat internasional juga. Usia 30-40 itu harus yang mulai naik, start doing something,” lanjut Tika. Selain Tika, ada pula Daniel Rembeth, seorang tokoh periklanan yang mulai menapaki kariernya dari agensi ke agensi lain, seperti Matari, BBDO, AdWork, dan kemudian menjabat Managing Director di TCPTBWA. Kini, ia meraih kesuksesannya sebagai pemimpin perusahaan The Jakarta Post.

Dan, contoh lainnya, adalah Budi Hamidjaja, pemilik dari bisnis restoran siap saji California Fried Chicken (CFC). Ia memulai kariernya dengan bekerja di Rothmans of Pall Mall Australia. Kemudian, oleh perusahaan yang sama ia dikirim ke Indonesia menjadi National Sales Training Manager. Akhirnya, ia meloncat ke Philip Morris Asia, Inc sebagai Sales Operation Manager hingga menduduki jabatan Field Operation Manager di perusahaan yang sama. Tidak sampai di situ, perjalanan kariernya diteruskan dengan bergabung di PT Lippoland Development, lalu PT Putra Surya Perkasa, hingga akhirnya ia mendirikan PT Pioneerindo Gourment, Tbk.

Demikian pula dengan 15 orang yang pernah saya survei, kebanyakan dari mereka berpindah kerja dalam kurun waktu satu sampai dua tahun. Ada pula di antaranya Rio, yang bekerja di perusahaan telekomunikasi. Ia telah berpindah sebanyak sebelas kali dalam rentang 10 tahun kariernya. Masa kerja terlamanya dihabiskan hanya dalam waktu enam tahun, sisanya ia selalu berpindah-pindah setiap satu sampai dua tahun sekali.

Rio pernah bekerja di pembiayaan kendaraan bermotor, perusahaan otomotif, juga tak ketinggalan pengalamannya di salah satu bank swasta. Sampai ia pernah menggeluti dunia pertelevisian di negeri ini selama enam tahun. Dan, merupakan rekor terlamanya dari seluruh perusahaan yang pernah ia singgahi, yang rata-rata paling lama tiga tahun.

Lalu apa sih sebenarnya yang menjadi pemicu para karyawan sehingga menjadi “kutu loncat” selain yang sudah saya sebutkan di atas tadi?

Sesungguhnya ada banyak pemicu, yang menyebabkan seseorang menjalani profesi pekerjaan dengan menjadi kutu loncat. Mulai dari alasan secara umum hingga spesifik, yang dihadapi oleh setiap individu masing-masing karyawan. Biasanya, secara umum yaitu masalah gaji, dan hal ini sering menjadi tolok ukur utama dari para karyawan untuk berpindah mencari pekerjaan di perusahaan lain.

Dengan berpindah perusahaan, diharapkan dapat meningkatkan gaji mereka. Tetapi, yang menarik di sini, adalah persoalan kenaikan gaji ini, tidak melulu dibarengi dengan kenaikan posisi dari perusahaan yang lama. Seperti pengalaman Rio misalnya, ia telah berpindah perusahaan belasan kali, namun itu juga tidak membawanya menduduki posisi yang lumayan tinggi saat ini. Namun, di lain pihak, bila dilihat kembali dari goal (tujuan) awal yang ia tetapkan pada dirinya sendiri sejak memulai kariernya, bahwa posisi tidak begitu penting, “Yang penting bagi saya adalah penghasilan dan benefit yang bagus terutama karena saya telah berkeluarga,” jelasnya pada saya.

Mungkin ada di antara Anda para profesional, ada yang memiliki tujuan sama dengan Rio. Ada pula yang tidak. Karena, banyak juga para profesional menargetkan diri mereka sendiri dalam waktu lima tahun ke depan telah mencapai posisi manajerial yang mapan di sebuah perusahaan besar dan maju.

Rudy misalnya, dalam usianya yang tergolong masih muda, yakni 35 tahun, ia telah mencapai puncak kariernya sebagai seorang General Manajer di perusahaan multinasional terkemuka di Jakarta. Lalu, apa yang membedakan Rio dengan Rudy atau dengan para profesional lainnya yang memiliki keunikan sama yakni sebagai kutu loncat? Ya, masing-masing memiliki goal yang dijadikan target utama. Terlepas apakah itu permasalahan gaji saja, atau posisi di sebuah perusahaan, atau justru tidak menutup kemungkinan kedua-duanya.

Kutu loncat yang handal biasanya sudah memiliki rencana yang matang akan jalur kehidupan kariernya. Hal itu adalah memposisikan target. Di mana, membuat target untuk diri kita sendiri mungkin akan lebih baik dilakukan sejak dari mula. Karena, semakin kita matang saat merumuskan urusan goal tadi, maka kita akan semakin fokus dalam usaha meraihnya.

Apakah kunci menjadi kutu loncat yang sukses hanya sebatas perumusan tujuan saja? Tentu saja tidak, karena selain hal tersebut, yang tidak kalah pentingnya adalah mengetahui dengan pasti apa yang menjadi keunggulan diri kita sendiri. Apa keunggulan Anda? Karena setiap orang memiliki keunggulannya masing-masing. Dan, hal itu dapat dijadikan salah satu bentuk nilai fighting Anda sendiri dalam dunia karier.

Jika Anda hanya memiliki goal, namun masih bingung terhadap keunggulan yang Anda miliki, pada akhirnya yang dirugikan ya Anda sendiri. Pekerjaan Anda jadi tidak terarah dan menjadi kurang maksimal mengerahkan segala kemampuan Anda tersebut. Sayang bukan? Bagaimana menurut Anda?

Saya sendiri contohnya. Dari sejak mula saya telah jatuh cinta dengan dunia periklanan dan desain. Saya pun bercita-cita menjadi seorang profesional di bidang yang sangat saya “gilai” ini. Menjadi inovatif dan produktif adalah impian saya.

Saya pun akhirnya memulai karier di bidang periklanan. Tapi sayangnya, di tengah jalan, karena terdesak berbagai hal, akhirnya saya membelokkan sedikit bidang pekerjaan saya. Saya pun pindah ke perusahaan yang bergerak di media luar ruang. Tidak sampai di situ, saya kini justru kecemplung di dunia pertelevisian berbayar, yang untuk pertama kali merupakan bidang yang betul-betul baru, baik itu dari segi latar belakang pendidikan ataupun pengalaman kerja.

Namun, semuanya saya jalani tanpa kekurangan rasa antusias saya untuk terus maju dan berkembang. Bisa menemukan hal baru yang dapat membangun kemampuan diri saya, sangatlah luar biasa. Bagi saya, ada yang masih kurang, yaitu urusan “target” tadi.

Hanya saja, kata-kata bijak yang sering saya dengar dari suami saya sendiri, yaitu “Tidak ada kata terlambat untuk memulai segala sesuatu”. Seperti Sir David Ogilvy, salah satu pendiri perusahaan periklanan terbesar dunia Ogilvy, yang pertama kali terjun ke dunia periklanan di saat umurnya telah memasuki usia 50 tahun. Dan, terbukti dari adanya perumusan target yang benar, antusiasme yang menyala-nyala serta kerja keras mengantarkannya pada kesuksesan besar.

Demikian pula dengan Rio dan Rudy, yang masing-masing memiliki target, semangat, antusiasme dan kerja keras yang sama untuk sama-sama mencapai sukses sesuai porsinya masing-masing. Menaklukkan belantara dunia karier yang kompetitif dengan memilih menjadi kutu loncat.

Untuk menentukan strategi karier Anda dengan menjadi kutu loncat, diperlukan sifat pantang menyerah dan terus belajar memperbaharui diri Anda, baik secara implisit maupun eksplisit. Mengembangkan terus “skill” dan kemampuan Anda di atas rata-rata termasuk etos kerja yang tinggi, sehingga Anda memiliki nilai tambah yang dapat ditawarkan kepada setiap perusahaan yang menarik Anda.

Yang terpenting adalah jangan pernah takut gagal. Mungkin, bagi kebanyakan orang gagal merupakan aib utama seseorang yang seharusnya dihindari. Atau bahkan membuat orang tersebut berhenti berusaha dan bangkit kembali. Karena, dari setiap kegagalan yang Anda alami, artinya satu per satu pintu keberhasilan telah terbuka untuk Anda.

Nah, sudah siapkah Anda untuk gagal?

Tips menjadi kutu loncat yang OK:

1. Tuliskanlah strategi karier Anda sejak dini.

2. Temukan keunggulan Anda dan manfaatkanlah hal tersebut sebagai “nilai jual” diri Anda.

3. Berani menerima new challenge atau tantangan baru dalam bidang pekerjaan lain. Proses belajar cepat dan penguasaan pekerjaan sangat perlu dilakukan.

4. Berikan kontribusi yang baik, dan cetaklah prestasi luar biasa diperusahaan Anda sekarang, sebelum Anda memutuskan untuk meloncat lagi.

5. Bersikap profesional.

6. Jangan pernah takut gagal.

7. Bersemangatlah![am]

* Afra Mayriani bekerja sebagai seorang programing di sebuah stasiun televisi swasta berbayar. Alumnus Sekolah Penulis Pembelajar (SPP) Angkatan II ini sedang merampungkan buku pertamanya tentang karier. Ia dapat dihubungi di:

GELAS YANG TEPAT

Oleh: Eddy Gunawan

Sebuah puisi berjudul:

Ini Amat Teramat Sangat Sakit

Sungguh riskan pikiran manusia
Walau hanya salib kecil di pundaknya
Berjuta orang, bahkan bermilyard orang
Tahu akan rasa sakit hati...Seberapa dalam...?
Sepi sampai memecahkan gelas
Sedih sampai tak bergerak
Bagai jiwa meninggalkan raga
Belahan nafas ditelan awan
Sering burung kehilangan sebelah sayap
Tapi bagaimana jika kedua belah sayap...?
Sebab dua telah menjadi satu
Hilang satu berarti hilang dua
Belajar matematikakah ini?
Bukan...! Ini tentang hidup, jiwa dan perasaan
Hanya orang bodoh yang mengatakan, ”Tidak sakit”
Hanya orang tolol yang mengatakan, ”Cukup sakit”
Tapi aku orang gila mengatakan, ”Ini amat teramat sangat sakit”
Kemunafikan menutupi sampai mati
Bila berkata ini akan sembuh
Si raja penghibur Sang Penasihat menggelengkan kepala
Si raja penyembuh Sang Pengganti menyerah kalah
Bahkan si raja obat Sang Waktupun mengangkat tangan
Lucukah ini...? Leluconkah ini...? Lawakkankah ini...?
Tidak...! Bukan...! Bukan...!
Ini dilema maut duka kepiluan
Hindarilah ini...
Sebelum terlanjur menjadi orang, yang ikut mengatakan judul puisi ini

Puisi ini saya buat, ketika menghadapi kegagalan dalam salah satu segi kehidupan. Pada saat itu, langit terasa runtuh di atas kepala saya. Anda pernah patah hati? Anda pernah bangkrut? Atau Anda pernah mengalami suatu kegagalan/kesakitan yang maha dahsyat bagi diri Anda? Apa yang Anda rasakan?

Pada kodratnya sebagai manusia, kita selalu mempunyai masalah-masalah yang rumit bagi diri kita dan biasanya kita selalu menganggap masalah kita yang paling sulit di banding orang lain...Why...?

Benar, masalah kita adalah masalah yang paling sulit, sebab kita sendiri yang merasakannya secara langsung. Walau orang lain mengatakan masalah mereka yang jauh lebih sulit, tetapi kebanyakan kita beranggapan masalah mereka lebih ringan. Semua ini juga dikarenakan, kodrat manusia yang tidak dapat menyelami atau merasakan secara nyata apa yang dialami/dirasakan oleh orang lain.

Lalu, apakah kita harus menggadaikan diri pada masalah/kegagalan/kesakitan itu sendiri?

Jika kita datang ke sebuah rumah makan mewah, kita akan melihat gelas yang berbeda-beda akan digunakan untuk tiap tipe minuman yang berbeda pula. Bayangkan! Minuman-minuman itu adalah masalah/kegagalan/kesakitan kita dan gelas-gelas itu adalah talenta/kemampuan yang kita miliki untuk menampung masalah-masalah kita.

Seseorang yang gemar menulis, mungkin akan menganggap kegemaran dan kemampuannya ini adalah gelas yang tepat untuk menampung masalah-masalah yang hadir dalam hidupnya.

Seseorang yang gemar menggambar, mungkin akan menganggap kegemaran dan kemampuannya ini adalah gelas yang tepat untuk menampung masalah-masalah yang hadir dalam hidupnya.

Seseorang yang gemar bekerja, mungkin akan menganggap kegemaran dan kemampuannya ini adalah gelas yang tepat untuk menampung masalah-masalah yang hadir dalam hidupnya. Lalu apa kegemaran dan kemampuan Anda?

Sungguh penting bagi kita, mengenal kegemaran dan kemampuan yang ada dalam diri kita. Jika kita tidak mengenal kedua hal tersebut, maka biasanya kita akan dinina-bobokan oleh setiap masalah/kegagalan/kesakitan yang kita hadapi.

Jika kita memiliki dan menyadari gelas-gelas kita, otomatis dengan sendirinya kita akan tahu langkah apa yang paling tepat untuk kita lakukan dan gelas mana yang bisa kita pakai untuk menampung masalah/kegagalan/kesakitan yang sedang kita hadapi.

Walau mungkin gelas kita tidak dapat memberikan penyelesaian yang full dan menampung seluruh masalah yang ada, tetapi setidaknya kita dapat terus melangkah tanpa terlena oleh masalah itu sendiri.

Jadi, kini apa Anda sudah tahu gelas-gelas Anda? Jika tidak tahu, tentu Anda juga tidak akan dapat memilih gelas mana yang tepat untuk Anda gunakan. Pamahi dan sadarilah, sebelum nantinya Anda terlanjur disibukkan mengepel air yang bertumpahan pada lantai kehidupan Anda.

Tidak ada satu masalah pun yang akan terselesaikan jika hanya kita lamunkan atau pikirkan semata. Seorang yang pincang, jika tetap berjalan tentu akan sampai juga pada garis finish. Tetapi seorang yang normal tidak akan mencapai garis finish, jika ia tertidur di tengah jalan. Walau mungkin ia akan tetap mencapai garis finish saat terbangun dan baru berjalan, tetapi itu pasti sudah terlambat.[eg]

* Eddy Gunawan, seorang pemilik counter makanan dan menjabat sebagai seorang agent asuransi & investasi, suatu perusahaan asuransi jiwa paling terkemuka. .Kesenangannya terhadap penelitian akan jalannya siklus kehidupan, membawa dirinya pada kegiatan-kegiatan yang berbau motivasi. Kini Eddy sedang berusaha menuangkan segala aspirasi, pengalaman dan kemampuannya lewat buku yang sedang dirintisnya dengan judul ”Your Magic”. .Eddy dapat di hubungi melalui e-mail: yoshiki_wawa@yahoo.com atau telepon : 0813.9484.2222

JANGAN MAU JATUH KE LAHAT




Oleh: Hanna Fransisca

Menulis dengan abjad, berbuat dengan itikad
Ketekunan jadikan akad, raih cita dengan tekad
Belajar tekun dan jangan murtad
Kalau tak ingin jatuh ke lahat

~ HF

"Wanita nekat," dua kata itu akrab di telinga saya. Kadang saya bertanya, apa benar saya ini wanita yang nekat? Selain pede(percaya diri), nekat lagi. Wah, kesannya norak dan menyeramkan, ya... Tapi tunggu dulu, sebenarnya saya ini bukan nekat, tapi bertekad.

Percaya atau tidak, dengan tekad bulat kita bisa mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tak jarang hambatan dan masalah datang mendekati dan nyaman menemani. Tapi, hambatan dan masalah itulah yang dinamakan ujian dalam sekolah kehidupan. Bila kita mampu mengatasinya dengan baik, kita akan lulus ujian. Dan, bila kita putus asa lalu menyerah begitu saja, itulah yang dinamakan tidak lulus ujian.

Hambatan dan tantangan bukan untuk dihindari, tapi untuk kita perangi. Jadi, percaya diri saja tidak cukup untuk memerangi hambatan maupun tantangan. Percaya diri perlu dibarengi dengan tekad dan kegigihan. Tanpa tekad, kita akan menjadi pengecut atau pecundang yang takut memulai dan mencoba. Bila takut memulai, maka selamanya kita akan begitu-bigitu saja, tidak berkembang. Ibarat seorang pesulap, bila ia tidak memulai aksinya, kita tidak pernah tahu kehebatannya.

Sebagai ilustrasi, bolehlah saya menceritakan sedikit pengalaman ketika saya ingin bisa berbahasa Inggris (karena waktu itu saya memang belum bisa berbahasa Inggris). Kalau saya tidak nekat, mungkin sampai hari ini saya belum belajar juga. Dan, mampu berbahasa Inggris mungkin hanya akan menjadi sebuah mimpi indah saja. Bayangkan, saya yang sudah bangkotan begini harus belajar bersama anak-anak lainnya. Anak-anak SD gitu, lho... yang umurnya berkisar antara tujuh sampai sembilan tahun. Apa tidak nekat itu namanya? Maklum nekat, karena saat itu saya belum mampu membayar guru private. Ya, akhirnya mau tidak mau saya harus bergabung dengan anak-anak SD itu supaya biayanya jauh lebih murah.

Apa tidak malu dan risih bergabung dengan anak-anak? Jujur saja, pada hari pertama muka saya sempat merah padam. Meskipun, saya tahu belajar itu bukan sesuatu yang memalukan. Untungnya, guru saya sangat pengertian dan selalu memberikan semangat. Memang, semula sempat juga ia bertanya, "Ci, apa Cici yakin mau belajar bareng-bareng dengan anak-anak? Belajarnya memakai kartu bergambar, lho! Misalnya, ketika gambar jendela dipertunjukan mereka harus menjawab,'This is the window,' dan seterusnya...."

Karena sudah bertekad harus bisa berbahasa Inggris, saat itu saya jawab, "Iya, saya akan belajar meskipun harus bergabung dengan anak-anak." Enam bulan saya harus menjadi ”anak kecil” untuk tahap perkenalan vocabulary. Syukurlah, akhirnya saya diberi jalan oleh-Nya. Guru saya—mungkin karena terharu dengan keinginan dan kegigihan saya—akhirnya bersedia menjadi guru private, dengan bayaran yang sama seperti kalau ikut kelas bersama anak-anak itu.

Berikutnya, di dalam belajar dan bekerja, saya pun selalu berjalan dengan tekad dan kegigihan. Tekad bagi saya merupakan sumber motivasi untuk diri saya. Misalnya, dalam hal menulis, saya bertekad harus bisa menulis meskipun saya masih memiliki banyak kekurangan. Bukan popularitas yang saya cari dari menulis, melainkan saya ingin berbagi pengalaman hidup yang runyam dan rumit.

Sebab, dalam kondisi seperti itu biasanya kita mudah berputus asa. Menvonis diri sebagai orang tidak berguna, tidak berbakat, tidak beruntung, atau tidak bernasib baik. Dan yang lebih parah lagi, kita sering menyalahkan Tuhan. Kita bilang Tuhan tidak adil. Tuhan terlalu sibuk karena terlalu banyaknya umat yang berdoa, sementara kita entah mendapatkan nomor antrian yang ke berapa.

Tapi, saya selalu percaya bahwa di balik semua kerunyaman dan keruwetan itu selalu ada hikmah serta berkah. Biasanya, saya pun akhirnya mendapat sesuatu yang luar biasa. Apa yang luar biasa itu? Semangat serta keinginan untuk terus mengembangkan diri dan belajar. Dan, yang paling penting saya selalu mensyukuri apa yang sudah Tuhan berikan kepada saya.

Saya akhirnya seperti terbangun dari mimpi. Saya baru menyadari bahwa Tuhan tidak pernah salah memilih. Di balik ujian dan cobaan selalu ada rahasia Tuhan yang biasanya tidak kita sadari. Bukan Tuhan yang tidak adil atau terlalu sibuk. Melainkan kitalah yang buta. Kita tidak pernah menyadari dan tidak bisa mengunakan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita.

Jadi, kalau sudah bertekad, imbangilah dengan semangat juang dan ketekunan. Apa pun yang ada di dunia ini, tak ada yang bisa mengantikan ketekunan. Bakat sekalipun tak akan bisa menggantikannya. Buktinya, banyak orang berbakat gagal. Kegeniusan juga sering hanya mendapatkan penghargaan dan cuma ada dalam pepatah.

Pendidikan juga tidak bisa tanpa ketekukan. Buktinya, dunia penuh dengan gelandangan terpelajar. Karena itu, sekali lagi, ”Ketekunan dan kebulatan tekad menentukan segalanya," demikian kata Calvin Coolidge, Presiden Amerika.

Jangan pernah menyerah apalagi pasrah. Mari kita memulai dengan tekad dan keberanian. Perangi dan tundukan rasa takut dicemooh, dihina, atau diterwakan. Orang pintar mengatakan bahwa, ”Kepuasan terbesar dalam hidup ini ialah memperlihatkan apa yang pernah dilecehkan dan dihina orang.”

Last but not least, jangan malu atau gengsi sejauh kita tidak melakukan hal yang memalukan. Jangan lupa mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita hari ini. Selamat mencoba memulai kehidupan baru Anda dengan percaya diri dan tekad. Salam berjuang.[hf]

* Hanna Fransisca adalah seorang ibu rumah tangga dan pengusaha. Kini, alumnus Sekolah Penulis Pembelajar (SPP) Angkatan IV ini sedang giat belajar menulis. Ia dapat di hubungi di email: h4n4_1979@yahoo.com atau di blog-nya: http://sisca79.wordpress.com.

CUSTOMER IS NOT A KING

Oleh: Mugi Subagyo

Kesalahan utama penyebab jatuhnya perusahaan yang pernah saya bangun lebih dari 3 tahun adalah sebuah idiom: “Customer is a King”. Idiom ini cukup melekat kuat di hati dan pikiran kami sebagai pelaku dunia usaha, bahkan menjadi nyawa dalam menjalankan bisnis. Langkah-langkah kebijakan yang kami buat berlandaskan slogan tersebut, membuat keputusan menjadi tidak realistis, lebih mengutamakan pelanggan, bahkan banyak strategi bisnis yang digelontorkan adalah hasil dari intimidasi pelanggan.

Keyakinan menganggap pelanggan sebagai seorang raja, membuat situasi menjadi tidak kondusif. Sebagai contoh, ada seorang karyawan yang demi kedekatannya dengan pelanggan, menceritakan keburukan-keburukan manajemen perusahaan atau kejelekan rekan kerjanya, padahal si pelanggan tersebut tidak menanyakannya. Hal ini dimungkinkan, sebab si karyawan beranggapan dengan bercerita lebih dalam, akan membawa kedekatan yang lebih intim (personal) pada pelanggannya. Bahkan tidak jarang mereka melanggar aturan atau prosedur kerja yang telah ditetapkan, dengan alasan, bahwa itu semua keinginan pelanggan. Mereka berpikir bahwa Pelanggan adalah Raja, jadi harus dituruti semua keinginannya, karena keinginan seorang raja adalah titah.

Benarkah pelanggan adalah raja? Benarkah Pelanggan tidak pernah salah? Karena seorang raja selalu benar. Mengapa tidak jujur saja, bahwa dalam bisnis kita mencari keuntungan, bukan sekedar mencari pelanggan sebanyak-banyaknya. Karena pelanggan yang banyak jika hanya merugikan perusahaan, untuk apa dipertahankan. Apalagi banyak dunia usaha yang menjadikan idiom ini hanya sebagai pemikat terhadap calon pelanggan.

Pelanggan bukanlah raja.

Sikap yang tepat dalam memperlakukan dan menganggap pelanggan, adalah dengan memperhatikan hal-hal nyata berikut ini:

Memposisikan Pelanggan
Slogan yang dicanangkan perusahaan dengan menempatkan pelanggan sebagai raja, adalah sebuah pedagogi yang buruk, bahkan menjadikan citra pelanggan sebagai orang bodoh yang tak mengerti teknis. Pelanggan akan tinggi hati dan menuntut dunia usaha untuk melayaninya dengan bekerja benar (menurut kepentingan pelanggan), karena si Pelanggan merasa telah mengeluarkan uang untuk membayar. Seorang customer service atau karyawan lain yang berurusan dengan pelanggan macam ini, akan berpikir bahwa mereka berurusan dengan orang kaya yang tidak pintar. Karena setelah diberi penjelasan atas keluhannya, si Raja ini tidak mau tahu masalahnya, dia hanya mau beres. Padahal tiap permasalahan yang ada, bagi si karyawan atau dunia bisnis lainnya adalah sesuatu yang perlu dibereskan secepatnya, mereka sendiri tidak menginginkan ada masalah.

Inti dari slogan ini sebenarnya adalah pola pikir yang berorientasi pada kepuasan konsumen/pelanggan. Sekilas jargon ini tampak cocok untuk sebuah bisnis dengan komoditas utamanya adalah produk, atau lebih spesifik lagi berjenis consumer product. Selain itu, beberapa karakter bisnis bidang jasa juga bisa nampak seperti ini; misalnya transportasi. Di mana hampir semua maskapai penerbangan berusaha sebaik-baiknya dalam memberikan pelayanan. Ada model membership seperti GFF (Garuda Friquent Flyer), ada online reservation seperti Air Asia, pelayanan yang sangat ramah dan masih banyak lagi.

Tidak semua bisnis jasa bisa menganggap konsumennya adalah raja, misalnya kesehatan atau bisnis pendidikan. Sebagai contoh adalah rumah sakit, di mana pasien adalah konsumen. Kepuasan konsumen disini adalah kesembuhan bagi dirinya. Lantas masihkah berlaku dengan mengatakan pasien adalah raja? Jika jawabannya: Ya, maka pihak rumah sakit wajib melakukan apa saja yang diinginkan pasien. Sedangkan dalam proses penyembuhan atau proses terapi, membutuhkan keterlibatan dari pasien itu sendiri. Pasien dapat berkompromi selama masih dalam anjuran pihak rumah sakit. Proses penyembuhan ini terkadang malah tidak menyenangkan, namun selama pasien dapat bekerjasama, niscaya kesembuhan bisa didapat. Begitu pula dalam dunia pendidikan, kepuasan konsumen atau para siswa adalah mendapat ilmu atau keterampilan yang baik. Hal ini juga melibatkan siswa untuk memperoleh tujuan dengan didampingi guru/instruktur, karena perlu diingat, bahwa sebaik apa pun sebuah sekolah atau lembaga pelatihan keterampilan, tidak ada yang bisa mencetak siswa menjadi sempurna, tanpa kemauan atau keterlibatan dari diri siswa itu sendiri.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa menempatkan konsumen sebagai raja, akan membawa dampak buruk bagi kemajuan dunia usaha. Bukankah lebih baik, bila kita menempatkan konsumen sebagai mitra/rekan kerja yang saling berkorelasi. Rekan kerja harus mempunyai andil dalam mencapai tujuan bersama. Artinya bila konsumen mengharapkan kepuasan akan sebuah produk baik barang ataupun jasa, maka pelanggan tersebut juga ikut memenuhi kewajibannya untuk dapat memperoleh haknya.

Win-win Transaction
Bila konsumen/pelanggan/customer adalah mitra dari perusahaan, maka ia akan memberikan andil yang berguna bagi kemajuan usaha. Dari produk barang atau jasa yang ia pilih, ada timbal balik yang sesuai dengan nilai yang dibayarnya, sehingga kedua pihak mendapat keuntungan. Perusahaan memberikan produk terbaiknya, pelayanan yang diutamakan, juga ajakan kepada konsumen untuk menyumbang saran demi perbaikan yang berkelanjutan. Disini terjadi simbiosis yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Berbeda jika dunia usaha menganggap konsumennya raja, maka dengan alasan takut kehilangan pelanggan, kemudian melakukan semua permintaan pelanggan. Banyak kita jumpai pelanggan yang berpura-pura mengeluh tentang buruknya suatu produk, agar mereka mendapatkan potongan harga sebanyak-banyak, bahkan jika mungkin; gratis. Ada pula pelanggan yang memberitahu tentang harga yang terlalu tinggi dibandingkan tempat lain, maka sebagai pihak penjual produk, kita harus dapat meyakinkan ke pelanggan akan kelebihan atau keistimewaan dari produk bila dibandingkan dengan tempat lain.

Bob Sadino, seorang entrepreneur sejati, pernah mencontohkan tentang karyawannya yang menurunkan harga kangkung di supermarketnya dari Rp 6.000,- menjadi Rp 400,-; hasilnya kangkung tersebut tidak laku terjual. Konsumen merasa kangkung yang dijual adalah kangkung mutu rendah, sehingga pasti tidak baik dan tidak enak untuk dikonsumsi. Ada nilai psikologis yang membuat pembeli merasa berbeda saat mengonsumsi kangkung mahal, mereka makan sambil menghitung diam-diam kangkung mahal tersebut, dan ia nikmati. Ini adalah contoh bagus tentang trik marketing.

Bedakan Pelanggan dengan Kriminal
Seorang pengusaha harus mampu membedakan potensi yang dimiliki masing-masing pelanggan, artinya tidak hanya memandang pelanggan yang notabene sebuah perusahaan besar, tapi perlu juga dilihat track record-nya. Beberapa perusahaan besar tidak memiliki potensi yang juga besar sebagai pelanggan. Mereka cenderung mengulur waktu pembayaran, dan tak jarang berbilang bulan bahkan tahunan. Pelanggan seperti ini, menurut FX Tjokro Hadi Soesilo (Pakar Sales & Manajemen) masuk dalam kategori pelaku kriminal. Meskipun besar, perusahaan seperti ini tidak selayaknya dipertahankan sebagai pelanggan.

Anda Tak Dapat Memuaskan Semua Pihak
Dengan mengikuti penuh apa yang disarankan pelanggan, tidak berarti Anda dapat memuaskan mereka. Selain kepuasan adalah hal nisbi, kepuasan seorang pelanggan bisa jadi ketidakpuasan pelanggan lainnya. Kebijakan yang dibuat perusahaan untuk memuaskan seseorang pelanggan, dapat menjadi kekecewaan pelanggan yang lain.

Sebagai contoh mudah: Jika Anda seorang pengusaha yang memproduksi sepatu misalnya. Kemudian Anda mengikuti saran pelanggan yang meminta harga lebih rendah dari yang ditetapkan sebelumnya, dan mereka menerima jika beberapa bahan baku diturunkan kualitasnya, sebagai konsekuensi dalam biaya pembuatan. Boleh jadi pelanggan tersebut menerima dengan senang hati dan menjalankan usahanya lebih lancar. Tapi bagaimana dengan pelanggan yang lain? Pelanggan yang mengutamakan mutu, kualitas dari sepatu yang Anda produksi. Mereka akan kecewa dan kemungkinannya mereka akan menarik diri sebagai pelanggan, untuk kemudian mencari produsen sepatu lainnya.

Jadi sebagai pengusaha, Anda perlu membuat kebijakan yang menguntungkan kedua pihak, pihak pertama adalah Anda sendiri dan pihak lain adalah pelanggan secara umum. Dalam arti segala kebijakan yang dibuat perlu diperhatikan kepuasan rata-rata pelanggan, dan tentunya tidak membuat rugi usaha yang Anda jalankan.

Kapan Berkata “Ya” dan Kapan Bilang “Tidak, tapi...”
Ada seorang customer service yang membuat saya salut atas jawaban yang diberikan, ketika saya memintanya untuk memberikan kualitas terbaik namun dengan potongan harga yang lumayan. Saat itu saya merasa telah cukup lama menjadi pelanggan tetapnya yang setia. Jawaban yang diberikan adalah:

“Maaf, Pak kami tidak bisa memberikan potongan harga untuk produk berkualitas. Kami, namun karena Bapak adalah pelanggan setia kami, maka permintaan Bapak akan saya sampaikan kepada pihak manajemen.”

Disini, si karyawan jelas mengatakan “Tidak!”, namun ia pandai dengan jawabannya yang membuat saya tidak tersinggung dan memberikan sedikit harapan. Perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja, benar-benar tahu memposisikan pelanggan. Mereka tidak menganggap pelanggan adalah raja (karena tidak terdapat slogan ini yang biasanya ditempel pada dinding ruang kerja mereka), tapi mereka tahu kapan berkata “Ya” dan kapan berkata “Tidak, tapi...”

Pernah juga di lain kesempatan saya memintanya untuk melakukan sesuatu yang di luar prosedur kerjanya. Karyawan tersebut dengan tegas mengatakan “Tidak” sambil menjelaskan alasannya, bahwa itu semua sudah ada dalam prosedur kerja yang telah kami sepakati, jadi tak bisa dilanggar.

Bisa Anda bayangkan jika karyawan tersebut selalu menjawab “Ya”, karena alasannya pelanggan adalah raja, maka usaha Anda akan bangkrut dalam waktu singkat. Anda tidak dapat menyalahkan karyawan, karena ia bekerja sesuai dengan apa yang telah Anda doktrinkan.

Buat Segalanya Tertulis
Meskipun Anda telah menjalin kerjasama yang cukup lama dengan seorang pelanggan, sebaiknya segala transaksi atau kesepakatan yang dibuat, semuanya tertera di atas kertas, tertulis dengan tanda-tangan masing-masing pihak, bila perlu gunakan saksi. Ini berguna untuk mencegah hal-hal yan tidak diinginkan yan mungkin terjadi di waktu yang akan datang. Perjanjian yang tertulis juga dapat memotivasi pihak terkait, untuk melakukan segala kesepakatan dan tidak bermaksud melanggar, karena ada sanksi yang dikenakan.

Jika Anda tidak melakukan ini dengan hanya mengandalkan kepercayaan, niscaya akan menemui kesulitan yang kemungkinan besar terjadi di masa datang, belum lagi ditambah dengan sifat dasar manusia yang pelupa. Saat ini mungkin Anda ingat, tapi nanti. Urusan Anda bukan hanya memikirkan satu hal saja bukan? Pelanggan Anda pun bukan hanya seorang, dan urusan Anda tidak melulu tentang bisnis, banyak hal lain yang juga Anda pikirkan, mulai dari keluarga, orangtua, saudara dan banyak lagi.

Kunci Sukses Menjual Lebih Banyak
Robert W. Bly dalam bukunya Fool-Proof Marketing menjelaskan beberapa metode yang efektif dalam menjual produk atau jasa apa pun, bahkan dalam kondisi ekonomi apa pun. Buku ini menjelaskan meski kondisi ekonomi secara umum sedang buruk, keberhasilan untuk menjual lebih banyak produk ataupun jasa kepada pelanggan, sangat bergantung pada kemampuan Anda dalam membangun hubungan baik dengan mereka. Melalui perjanjian yang adil bagi kedua pihak, frekuensi berhubungan dan komunikasi langsung, akan mampu meningkatkan tujuan Anda. Berikut ini adalah beberapa idenya:

Buat penawaran khusus bagi pelanggan aktif Anda dengan tenggat waktu yang pendek, sehingga mereka harus mengambil keputusan dalam waktu dekat. Sampaikan penawaran ini melalui media komunikasi yang cepat dan murah, misal: email, faks atau telepon.

Luangkan waktu untuk pelanggan inti, meski kondisi bisnis mereka saat ini sedang memburuk, tapi perhatian pribadi yang Anda berikan, misalnya mengundang mereka makan siang, makan malam atau mengajak mereka untuk melakukan hobinya, akan membuat mereka selalu ingat dan dihargai pada saat kondisi bisnisnya membaik kembali. Hubungi pula pelanggan setia Anda yang mungkin belakangan ini tidak Anda pedulikan.

Selalu berhubungan dengan pelanggan, meski saat ini mereka tidak sedang berbisnis dengan Anda. Juga hubungi pelanggan inti yang masih aktif, tanyakan pada mereka, apakah puas dengan produk yang mereka beli, apa saran mereka untuk dapat Anda lakukan agar mereka lebih puas lagi.

Salah satu kesalahan utama dari pemasaran adalah selalu berusaha meluaskan usaha untuk memperoleh hasil lebih banyak. Lebih baik Anda fokus pada bagaimana dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan yang sudah ada.

Memahami kondisi pelanggan Anda. Dalam perusahaan langganan Anda mungkin terjadi perubahan rencana hingga membatasi anggaran, di sini Anda dapat membantu mereka mengatasi masalah tersebut dengan memberikan penawaran yang dapat menggunakan sisa anggaran yang ada atau yang tidak memerlukan pengesahan dari manajemen senior.

Jadi berikan perhatian khusus bagi kepuasan konsumen atau pelanggan Anda, bukan menganggap mereka sebagai raja. Bedakan konsep Kepuasan Pelanggan dengan konsep Pelanggan adalah Raja. Raja tidak bisa salah, pelanggan bisa salah, meski salah dan benar juga tidak absolut, tapi merajakan pelanggan berarti Anda harus memberikan pelayanan apapun, tanpa melihat benar atau salah. Ini sangat berbahaya dan tidak termasuk dalam konsep kepuasan pelanggan.

Semoga Berbahagia.[ms]

* Mugi Subagyo adalah praktisi SDM di perusahaan multinasional, pengamat Teknologi Informasi, graphic designer, senior di dunia percetakan dan pemerhati Bahasa & Sastra Indonesia. Mugi adalah alumnus SPP Angkatan ke-2 dan dapat dihubungi melalui email: mugisby@yahoo.co.id

JIKA ANDA MERASA SAKIT HATI

Oleh: Saumiman Saud

Seandainya kita tidak mempunyai perasaan lagi, maka apa pun yang dilakukan orang terhadap kita tentu responnya biasa saja. Namun karena kita manusia yang normal, oleh sebab itu bila ada sikap seseorang yang kelewatan (kebangetan) terhadap kita maka kita akan merasa sakit hati.

Sakit hati itu adalah sikap yang wajar dan dapat muncul secara mendadak, biasanya karena ulah dan tingkah orang lain terhadap kita atau sebaliknya. Berbagai sebab yang mengakibatkan kita sakit hati, antara lain karena kita merasa tidak dihargai, kita merasa dikesampingkan atau diremehkan serta dihina. Sakit hati itu dapat timbul tanpa harus kita disakiti atau dilukai, kita tidak harus dipukul juga. Namun dari sikap dan perlakukan serta kata-kata yang disampaikan dengan cara menyindir dan kritik dapat membuat kita merasa sakit hati. Sakit hati itu akan lebih cepat terasa lagi bila yang meperlakukannya itu adalah orang-orang yang kita kasihi.

Orang yang sakit hati tentu akan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dan tidur tidak nyenyak makan tidak enak. Pemazmur mengatakan di dalam Mazmur 31: 9-10, “Orang yang sakit hati akan merasa sangat susah dan merana.” Sakit hati juga dapat merampas suka cita dan selera hidup kita, dengan demikian orang yang sedang sakit hati akan terlihat diwajahnya selalu cemberut dan hidupnya menderita dan pekerjaannya agak berantakan. Oleh sebab itu jika kita coba mengkaji ulang, sebenarnya kita akan merasa sangat rugi jika kita harus mengalami sakit hati, sementara orang yang menyakiti kita itu tidak tahu-menahu atau bahkan saat ini sedang bersenang-senang.

Konon cerita ada dua orang sahabat karib yang sedang mengembara. Mereka berjalan menuju ke padang belantara, masuk hutan keluar hutan, masuk desa keluar desa. Suatu hari kedua sahabat itu bertengkar, dan akhirnya terjadi perkelahian. Salah seorang tiba-tiba menempeleng wajah sahabatnya. Sahabat yang ditempeleng itu tidak membalasnya, namun ia merasa sakit hati. Lalu ia menulis tulisan di atas pasir, bunyinya demikian, “ Hari ini sahabat baikku menempeleng aku.” Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan lagi.

Di tengah perjalanan karena sengat terik matahari membuat mereka haus dan lapar. Itu sebabnya mereka berhenti di tepi sungai untuk menyantap makanan. Tatkala sahabat yang ditempeleng itu pergi ke sungai mengambil air, tiba-tiba ia terpeleset ke dalam sungai dan ia tidak bisa berenang. Ia menjerit minta tolong, dan sahabatnya dengan sigap dan cekatan terjun ke sungai menolong dan menyelamatkannya dari maut. Setelah siuman, ia menulis lagi tulisan di atas sebuah batu, bunyinya demikain, “Hari ini sahabatku yang baik menyelamatkan aku.”

Si sahabat yang tadinya menempeleng dan menyelamatkan ini bertanya-tanya, kenapa sahabatnya tadi menulis di atas pasir, sekarang menulisnya di atas batu? Kemudian sahabat itu menjawab demikian, “Jika ada orang yang menyakitimu, cukuplah kita tulis di atas pasir saja, sebab sebentar akan datang angin kencang, hujan deras, dan ombak air melenyapkan tulisan itu, sehingga engkau segera melupakannya. Namun jika ada orang berbuat baik kepadamu, tulislah di atas batu, supaya kalau ada angin kencang hujan dan badai menerpa, tulisannya tidak pernah akan hilang dan kamu akan ingat selalu kebaikannya.”

Pelajaran ini sangat berharga bagi kita yang sedang sakit hati, biarlah kita tulis di atas pasir, supaya semua itu cepat dihanyutkan dan hilang, dengan demikian kita segera melupakannya. Mari ingatlah kebaikan orang lain, jangan ingat kejahatannya, sehingga kita tidak perlu merasa sakit hati. Hidup kita semestinya maju terus, karena hari-hari berjalan tanpa berhenti, namun jika kita mandek hanya karena sakit hati, maka kita akan merasa rugi. Mari tinggalkan rasa sakit hati, supaya hidup yang Anda jalani nampak lebih indah dan penuh suka-cita.[ss]

* Saumiman Saud adalah rohaniwan, penulis buku, dan pemerhati yang saat ini berdomisili di San Jose, California, USA. Ia dapat dihubungi via email saumiman@gmail.com.

SUKSES BERKAT SILATURAHMI

Oleh: Gagan Gartika

Silaturahmi ternyata tak hanya bisa menyambung tali persaudaraan. Lebih jauh, silaturahmi juga sangat bermanfaat untuk menunjang kesuksesan. Bukan hanya individu, bahkan perusahaan yang memanfaatkan silaturahmi pun bisa mencapai kemajuan.

Tupperware misalnya. Produsen kebutuhan rumah tangga yang menggunakan sistem direct selling ini memanfaatkan arisan sebagai media silaturahmi. Tupperware sadar, arisan adalah ajang kumpul para ibu yang sangat potensial untuk penjualan produknya. Karena itu, dengan media arisan, Tupperware berhasil menjalin silaturahmi dengan para ibu sehingga produknya makin dikenal masyarakat. Ujung-ujungnya, mereka jadi pelanggan tetap produk Tupperware.

Contoh lain adalah kedai kopi Starbucks. Mereka sebenarnya menjual kopi dengan mempraktikkan pola silaturahmi. Pelayan berusaha mengenal apa yang diinginkan pembeli dengan langsung bertanya kepada pembeli yang datang. Melalui sentuhan pelayanan dan keramahan seperti di rumah sendiri, penikmat kopi akan kembali datang.

Lain lagi dengan perusahaan minuman kesehatan, Yakult. Mereka menjalankan pola silaturahmi dengan mengundang masyarakat berkunjung ke pabriknya. Pengunjung diperlihatkan proses pembuatannya. Dengan begitu, mereka akan bercerita tentang higienitas pabrik Yakult kepada orang lain. Harapannya, semua orang akan makin percaya bahwa Yakult sebagai minuman kesehatan terjamin mutunya.

Contoh-contoh tersebut menggambarkan betapa silaturahmi bukan hanya berfungsi untuk mempererat tali persaudaraan. Namun, juga bisa dimaksimalkan sebagai sarana penunjang bagi kesuksesan perusahaan. Pertanyaannya kemudian, bagaimana mengembangkan silaturahmi agar bisa memberikan manfaat yang maksimal? Beberapa hal berikut merupakan hal-hal yang bisa dilakukan.

Selalu Memperluas Jaringan
Memperluas jaringan merupakan inti dari silaturahmi. Makin luas jaringan yang kita miliki, akan makin kuat pula akses kita ke berbagai channel yang bisa mendukung kesuksesan kita.

Untuk memperluas jaringan, kita perlu modal. Sebagai individu, modal kita yaitu sopan santun dalam pergaulan, menghargai pendapat orang lain, berjiwa penolong, berusaha menjadi panutan. Selain itu, mempunyai keahlian tertentu dan berwawasan luas juga menjadi modal yang bermanfaat untuk memperluas jaringan.

Sedangkan bagi perusahaan, modalnya yaitu dengan mengetahui kebutuhan konsumen. Dengan memahami kebutuhan konsumen, perusahaan dapat menemukan cara silaturahmi yang sesuai dengan keinginan konsumen. Misalnya dengan menggelar pasar murah, mudik bersama, atau kunjungan ke pabrik.

Dengan Membuat Media Pertemuan
Untuk mempererat tali silaturahmi, perlu media sebagai sarana pertemuan. Pemilihan media yang tepat mempengaruhi efektivitas silaturahmi. Seperti contoh di atas, ada beberapa perusahaan yang menggunakan media arisan atau mengundang langsung konsumen sebagai media silaturahmi.

Adapun media lain yang bisa dikembangkan oleh perusahaan di antaranya seperti membuat tempat pelatihan, membangun jaringan internet, membangun sarana dan komunitas olahraga, serta masih banyak media lainnya. Intinya, dengan menggunakan media pertemuan yang tepat, akan memudahkan kita menjalin hubungan yang akrab dengan orang lain, maupun konsumen bagi perusahaan kita.

Selalu Memelihara Hubungan Baik
Silaturahmi juga perlu dipelihara. Sebab, jika ini bisa dipelihara dengan baik, relasi akan semakin dekat dengan kita. Kita pun bisa selalu meng-update perkembangan yang terjadi. Sebagai contoh, jika seorang rekan punya proyek yang harus dikerjakan. Biasanya, ia akan mencari orang yang dikenalnya lebih dulu untuk membantunya. Maka, dengan memelihara silaturahmi, peluang-peluang seperti ini bisa kita dapatkan.

Sedangkan bagi perusahaan, dengan menjaga silaturahmi, akan menghasilkan citra positif bagi perusahaan di mata konsumen. Citra positif ini akan melanggengkan kedekatan perusahaan dengan konsumen. Dengan cara ini, konsumen akan makin loyal.

Begitulah, dengan menjaga silaturahmi, ada banyak keuntungan yang bisa diraih. Pencari kerja lebih mudah memperoleh pekerjaan. Para pebisnis bisa mendapat kesempatan luas mengembangkan bisnis. Modal pun akan lebih mudah diperoleh. Bagi atlet, akan lebih mudah mendapatkan tempat dan lawan tanding untuk meningkatkan prestasi. Para peneliti lebih mudah memantau akses data. Pasien bisa mendapat dokter yang andal. Order dalam bentuk apa pun bisa datang dari relasi yang dibangun. Semua berkat silaturahmi yang intensif dengan jejaring yang dimiliki. Bisa dikatakan, silaturahmi bisa memperpanjang jalan rejeki dan membuka pintu sukses bagi kita.[gg]

* Gagan Gartika adalah pelaku Silaturahmi Marketing, pemilik beberapa bidang usaha, Ketua Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Bisnis (LPPB) Sinergi, dan Alumni Sekolah Penulis Pembelajar (SPP) Angkatan ke-5. Ia dapat dihubungi melalui email: gagan@kumaitucargo.co.id.

INGIN SUKSES? BERSEGERALAH MENUJU MAGFIRAH ALLAH SWT

Oleh: Ir. Anom Wiratnoyo, MM

Allah SWT berfirman (QS 3:133) yang artinya:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”

Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Hai manusia bertobatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya saya bertobat seratus kali setiap hari.”

Pernahkah Anda naik mobil? Saya yakin pernah. Sebagian bisa menyupir sendiri, sebagian hanya ikut saja. Pernahkah mengalami ketika sudah siap berangkat, transmisi sudah masuk gigi satu, gas pun diinjak, ternyata rem tangan belum dilepas? Bagaimana rasanya?

Orang yang perasaannya sensitif akan terkejut, berteriak, dan mungkin menggigit bibirnya. Pemilik mobil yang mengerti mesin dan mekanisme mobil akan tersentak dan terbayang kerusakan beberapa komponen. Kalau dia sendiri yang menyupir, dia hanya bisa menyesali berkepanjangan. Jika supir yang melakukannya, bisa jadi dampratan panjang yang keluar. Ada lagi pemilik yang terkejut sebentar, kemudian tenang lagi. Saya yakin pemilik ini tidak mengerti mekanisme kerja mobil. Atau, mungkin dia terlalu kaya hanya untuk mengurusi kerusakan pada rem. Ada pula supir yang walaupun mengerti mekanisme mobil dia santai saja. Supir ini pasti sedang sendiri, dia pikir ini bukan mobilnya dan tidak ada pemiliknya yang melihat.

Gas berarti laju kecepatan ibadah kita menuju ridha Allah SWT. Rem tangan ibarat dosa yang menghambat laju ibadah. Bagaimana mungkin bisa berangkat ibadah, apalagi melaju dengan kencang, jika dosa masih melekat dan belum bertobat kepada Allah?

Jadi, dosa menghalangi seseorang untuk melaksanakan ibadah. Al-Imam Al-Ghozali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan bahwa dosa menghalangi ibadah pada dua tempat, yaitu: taufik-hidayah dan dikabulkannya ibadah. Taufik dan hidayah dibutuhkan oleh manusia untuk mengerti bahwa dia harus beribadah kepada Allah, kemudian mau beribadah, mengerti jalan-jalannya, mau mengambil jalan yang terbaik, dan sangat berharap agar ibadahnya diterima. Karena setelah beribadah belum tentu diterima oleh Allah. Dosa yang masih melekat dan belum ditobati akan menutup jalan diterimanya ibadah itu.

Malam ini malam kesebelas. Pak Bakri menyimak dengan baik pengajian Ustaz Sobar yang disampaikan sebelum tarawih. “Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT kita memasuki puluhan kedua Ramadhan, yaitu puluhan magfirah (ampunan) Allah SWT. Allah SWT meluaskan magfirah-Nya seluas-luasnya. Barang siapa bertobat dan memohon ampun kepada Allah pasti diterima tobatnya. Oleh karena itu, bersegeralah menuju magfirah Allah dan menuju surganya yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” Tak terasa bayangan pikiran Pak Bakri sampai pada peristiwa salat yang sering ditundanya sambil tidak berjamaah. Satu dua orang teman guru mengajaknya untuk salat zuhur berjamaah di masjid sekolah tapi dia lebih memilih duduk di kantor sambil ngobrol atau sekadar meluruskan kaki. “Ya Allah, mengapa aku begitu? Sepertinya ada hawa yang menahanku untuk tidak salat berjamaah.” Pak Bakri tidak sadar bahwa ada kabut dosa yang menghalanginya. Dosa emosional dan ringan tangan di rumah. Kabut dosa ini mengalir masuk ke dalam hatinya. Menyekat cahaya niat yang memancar untuk menyentuh tombol energi salat. Jika beruntung cahaya niat ini cukup kuat menembus kabut penyekat. Masih cukup lurus untuk sampai ke tombol pengaktif energi salat. Tentu dengan intensitas cahaya yang tidak sebesar jika tidak ada kabut penyekat. Jika cukup kuat untuk mengaktifkannya, maka Pak Bakri akan salat dengan ogah-ogahan. Jika tidak cukup kuat maka dia akan menunda salatnya.

Apakah Pak Bakri tidak mendapat hidayah dari Allah SWT untuk salat zuhur berjamaah pada awal waktu? Dalam satu pengajian Pak Bakri pernah mendengar ustaznya menyampaikan hadis Rasulullah SAW (HR Muslim) yang artinya, “Seandainya kalian melaksanakan salat di rumah sebagai kebiasaan orang yang tidak suka berjamaah, niscaya kalian telah meninggalkan sunah Nabi, pasti kalian sesat. Aku benar-benar melihat di antara kita tidak ada yang meninggalkan salat berjamaah kecuali orang-orang munafik yang benar-benar munafik. Sungguh pernah terjadi seorang laki-laki diantar ke masjid, ia terhuyung-huyung di antara dua orang, sampai ia diberdirikan dalam shaf.”

Sampainya hadis ini kepada Pak Bakri adalah wujud cahaya hidayah Allah SWT. Hidayah Allah SWT senantiasa sampai kepada hambanya dalam wujud Alquran, Alhadis, dan tanda-tanda kebesaran Allah lainnya. Jika kemudian Pak Bakri tetap tidak melaksanakan perintah dalam hadis itu, maka yakinlah ada kabut dosa yang membentuk sekat penghalang antara cahaya hidayah dengan hatinya. Allah SWT berfirman (QS 4:79) yang artinya, “Apa saja bentuk bencana yang menimpamu, maka itu adalah dari kesalahanmu sendiri.” Juga tidak bisa menimpakan kesalahan kepada setan atau siapa pun, sebagaimana firman Allah SWT (QS 14:22) bahwa setan berkata yang artinya, “Maka janganlah engkau menyalahkan kepadaku, tetapi salahkanlah dirimu sendiri.”

Akhirnya, Pak Bakri melaksanakan salat zuhur pukul 13.00. Ketika salat Pak Bakri berusaha untuk khusyuk. Cahaya khusyuk yang aktif memancar lurus siap menyentuh tombol energi penghubung ibadah salat dengan niat akhiratnya. Tiba-tiba merambat masuk kabut “makanan haram”. Membentuk sekat penghambat sampainya cahaya khusyuk ke tombol energi penghubung di dalam hatinya. Cahaya khusyuk masih mampu menembusnya. Tapi, sinarnya sudah tidak sempurna lagi. Kadang-kadang sampai kadang-kadang tidak. Ketika cahaya ini sampai dia khusyuk. Ketika tidak sampai pikirannya pun menjadi liar. Bayangan-bayangan pengalaman yang tidak layak tiba-tiba muncul di tengah salatnya. Semakin berusaha dihilangkan semakin banyak yang datang. Silih berganti tak terkendali.

Di suatu pertemuan di kampungnya Pak Bakri mendengar obrolan antartetangga, “Heran, setiap salat dari awal silih berganti bayang-bayang peristiwa dalam pikiranku. Mulai dari perjalanan di tol, loncat ke si Fulan yang tertawa terbahak-bahak, sapu yang tergeletak di dapur, hutang yang belum dibayar, terus dan terus sampai akhir salat. Bagaimana, ya?” Tetangganya yang lain dengan tertawa menjawab, “Ah biasa, aku juga begitu. Setiap aku lupa menyimpan sesuatu, sewaktu salat langsung terbayang lagi tempat aku menyimpannya tadi. Ha ha ha...”

Pembicaraan seperti ini menjadi topik yang sangat biasa di kalangan kebanyakan umat Islam. Bahkan di seluruh dunia. Karena sangat biasa maka tertanamlah dalam pola pikirnya bahwa keadaan salat seperti itu adalah sesuatu yang wajar. Tidak pernah terlintas sedikit pun ada orang yang mampu khusyuk sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT (QS 23:2). Jika pun ada dianggapnya mitos para wali dahulu, yang tidaklah mungkin dicapai olehnya. Sesungguhnyalah yang menghalanginya untuk khusyuk adalah dosa yang masih melekat yang membantuk kabut di hatinya.

Kabut dosa menghalangi sampainya taufik-hidayah ke dalam diri seseorang. Taufik-hidayah senantiasa memancar dari Allah Ar-Rohman Ar-Rohim. Memancar bersama rahmat lain yang bersifat universal (rahmatan lil ‘alamin). Kabut dosa “musyrik” membentuk sekat hitam yang tebal dan kuat yang mencegah seluruh cahaya taufik-hidayah. Pemilik kabut dosa ini akan menjadi kufur. Na’udzubillah. Dia tidak mengerti bahwa harus beribadah kepada Allah SWT. Dia berkata, “Saya beribadah dan punya tuhan juga. Tapi namanya bukan Allah SWT. Dan, apa bedanya? Yang penting hati dan keyakinan saya mengatakan begitu. Tuhan inilah yang menciptakan saya dan harus saya ibadahi.” Orang seperti ini termasuk kafir (QS 23:117) dan akan mendapat azab Allah (QS 26:213). Karena hidayah Allah SWT dalam bentuk Alquran, Alhadis, dan ayat-ayat Allah lainnya terpampang jelas di hadapannya, tapi dia tidak mau memandangnya.

Pak Bakri sudah berdiri di antara jamaah Tarawih di barisan pertama. Sungguh, hatinya sangat rindu untuk bisa salat khusyuk. Rindu pula dia untuk salat berjamaah di awal waktu. Dari pengajian tadi dia paham bahwa dosanyalah yang menghalanginya selama ini. “Ya Allah, sungguh banyak dosa yang telah kuperbuat. Selama ini aku tidak menyadarinya. Kalau bukan karena rahmat-Mu aku tak akan mengetahuinya. Sebagaimana Engkau telah membukakan hatiku untuk menyadari dosa-dosaku, Ya Allah, bukakanlah hatiku untuk bersegera menuju magfirah-Mu dan menuju surga-Mu yang luasnya seluas langit dan bumi yang Engkau sediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Amin.”

MUTIARA HIKMAH:
1.Manusia sering tidak menyadari dosanya yang banyak. Yang diketahuinya adalah dia tidak pernah salat awal waktu, tidak berjamaah, dan tidak pernah bisa khusyuk dalam salatnya. Dan banyak lagi ibadah mahdhoh yang tidak bisa dikerjakannya dengan baik, seperti tidak salat sunah, tidak bisa tadarus Alquran dan sebagainya.

2.Ternyata lemah bahkan terhalangnya dia beribadah kepada Allah SWT adalah tanda-tanda akan dosanya yang banyak.

3.Agar manusia mau dan mampu rajin beribadah dan merasakan nikmatnya ibadah, tidak ada jalan lain kecuali membersihkan diri dan dosa-dosanya.[aw]

* Ir. Anom Wiratnoyo, MM adalah Kepala SMA pada Yayasan Pendidikan Insan Kamil, Bogor, Jawa Barat. Artikel ini merupakan penggalan dari seri tulisan renungan ramadhan untuk Jam’an Marhuman Indonesia. Alumnus Sekolah Penulis Pembelajar (SPP) Angkatan ke-4 ini juga seorang ustaz senior dan dapat dihubungi di telepon: 0251-332307.

APAKAH KITA BEBAS MEMILIH?

Oleh: Ahmad Arwani R

Ketika semua orang ditanya apa sebenarnya tujuan hidup ini, maka beragam jawaban akan muncul. Dari alasan yang paling simpel hingga yang paling njelimet akan kita temukan di sini. Ada yang menjawab ingin kaya, ingin sukses, ingin menjadi orang yang berguna, selamat dunia akhirat dan masih banyak lagi. Ujung-ujungnya motif jawaban dari semua orang tersebut jika kita tarik benang merah hanya satu yaitu ingin bahagia. Saat orang menjawab ingin kaya mereka beranggapan dengan menjadi kaya pastilah akan tercapai kebahagiaan. Saat orang menjawab ingin kaya mereka berpikir dengan menjadi orang kaya maka pasti bahagia akan datang sendirinya. Apakah itu semua benar?

Anda pernah mendengar atau membaca mengenai Jesse Lauriston Livermore?

Terlahir di Maaschusets Dikenal sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah penjualan saham di Amreika. Bearwal lari dari rumah karena tidak setuju pilihan orangtuanya untuk berkarir sebagai petani, dia kemudian memulia bisnis di bidang saham saat masih belia. Pada usia 15 tahun dia berhasil mendapatkan profit 1.000 dollar AS (atatu setara dengan 20.000 dollar saat ini). Bayangkan betapa luar biasanya dia. Saat pasar sedang hancur tahun 1907 dan 1929 dia berhasil mendapatkan profit 3 juta dollar dan 100 juta dollar. Luar biasa. Tapi tahukah anda bagaimana dia mengakhiri hidup? Dia meninggal dengan bunuh diri menggunakan sebuah pistol yang diarahkan ke telinganya. Dalam sebuah surat terakhir sebelum dia memutuskan bunuh diri, dia menulis bahwa dirinya sudah tidak sanggup lagi untuk berjuang, tidak pantas dicintai dan gagal.

Apakah pilihan seperti ini yang anda ingin ciptakan? Apakah benar ini yang kita cari? Tentu tidak jawabnya.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Namun apakah kita semua menyadarinya dan dengan penuh kesadaran bertindak dengan tepat? Jika kita diciptakan dengan begitu sempurnanya, kenapa ada yang sukses, ada yang gagal, ada yang miskin ada yang kaya dan ada pula yang menyerah ditengah jalan?

Jadi sebenarnya apakah manusia diberi kebebasan memilih atau hanya menjalankan peran yang diberikan? Adakah kemungkinan diberi kesempatan mengubah peran tersebut di tengah jalan atau sekadar mengalir laksana air?

Mulailah bertanya pada diri sendiri: Apakah kita merasa dipaksa oleh seseorang atau sesuatu untuk memilih pekerjaan yang kita geluti saat ini? Apakah kita memilih pasangan hidup yang kita inginkan? Memilih jenis mobil yang kita impikan? Dan, berbagai pertanyaan lain serupa lainya. Maka akan tampak jelas jawaban tentang apakah kita dijalankan atau diberikan kebebasan memilih.

Sesungguhnya segala perbuatandan tindakan yang kita lakukan dengan akal sehatnya jelaslah kiranya merupakan hasil dari kebebasan memilih. Anda ingin bukti, simaklah firman Allah.

"Artinya: Maka barangsiapa menghendaki, maka dia mengambil jalan menuju Rabb-Nya" [An-Naba : 39]

Dan firman Allah.

"Artinya: Sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki dunia dan sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki akhirat" [Ali-Imran : 152]

Dan firman Allah.

"Artinya: Barangsiapa menghendaki akhirat dan menempuh jalan kepadanya dan dia beriman, maka semua perbuatannya disyukuri (diterima)". [Al-Isra' : 19]

Mulai saat ini, yakinlah segala sesuatu yang membutuhkan campur tangan akal sehat adalah sebuah pilihan. Seperti halnya hidup adalah pilihan, warna apa yang kita pilih untuk disapukan di perjalanan hari. Tantangan terbesar bagi kita adalah bagaimana memilih peran dan tujuan yang tepat dengan segala apa yang kita punya.

Jangan pernah lupa kita diberikan modal paling lengkap dibanding makhluk lainnya. Cobalah belajar dari induk burung. Dengan segala susah payah dia mencari makanan untuk anak-anaknya dalam sangkar. Jika pun dia belum mendapatkan makanan, dengan perut keroncongan dia tetap bersemangat berusaha mencari makanan untuk kelangsungan hidup anak-anaknya. Tidak pernah kita dengar sebuah burung “bunuh diri” dengan menjatuhkan diri ke tebing yang curam. Bayangkan.

Atau cobalah bayangkan seekor cacing dalam mengarungi hidup, tanpa tangan dan kaki dia tetap sanggup bertahan hidup. Tidak pernah kita mendengar ada cacing yang “menyerah” kepada kehidupan. Bahkan saat cacing kita tangkap untuk umpan memancing ikan, sampai titik darah penghabisan dia berusaha melarikan diri dan bertahan hidup. Subhanallah.

“Engkau berpikir tentang dirimu sebagai seonggok materi semata, padahal di dalam dirimu tersimpan kekuatan tak terbatas.”
~ Imam Ali bin Abi Thalib

Selamat memilih.[aar]

* Ahmad Arwani R lahir di Semarang pada 1 Juni 1977. Ia tinggal di Kompleks Mutiara Elok Blok B-16 Kreo Selatan, Ciledug, Tangerang, Banten.

BAHAGIA DIPANGGIL DENGAN NAMA ASLI

Oleh: Marsudijono


“Apalah artinya nama,” kata William Shakespeare.

DALAM kehidupan sehari-hari di Indonesia, terutama di kota-kota besar, nama seseorang sering diperlakukan tidak sebagaimana mestinya. Nama dijadikan sebagai anekdot, bahan olok-olok, bahkan akronim. Misalnya, Gatot, merupakan singkatan dari ‘gagal total’, Gunawan sama dengan ‘gundul tapi menawan’, dan Sumoko menjadi ‘selalu omong kosong’.

Fakta lain dalam keseharian, yang entah dimulai sejak kapan—yang jelas merupakan produk asing, tetapi amat tragis, karena sudah menjadi “budaya” di Indonesia—di mana telinga kita akrab dengan sapaan “bos”. Pernah dalam suatu kesempatan Menteri BUMN Sofjan Djalil akan memanggil “bos” kepada direksi BUMN yang dia hafal namanya.

Gara-gara nama sebuah makanan yang dijual di Amerika, yaitu kentang goreng dengan bentuk batang-batang tipis, yang memakai nama french fries, memunculkan perdebatan di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat. Dua anggotanya Bob Ney dan Welter Jones mengusulkan agar nama penganan itu–karena berbau Perancis–diubah namanya menjadi “freedom fries”. Padahal, orang Perancis sendiri tidak tahu menahu mengenai hal ini.

Walaupun nama seseorang kedengarannya asing atau tidak enak di telinga kita, Dale Carnegie pengarang buku How to Win Friends and Influence People, menuturkan bahwa nama sesorang bagi pemiliknya adalah bunyi yang terindah dalam bahasa apa pun; nama adalah identitas pribadi seseorang.

Sebagai identitas pribadi maka nama merupakan aset yang berharga bagi pemiliknya dan selayaknya kita hargai. Bagaimana caranya? Panggil atau sebutlah nama seseorang dengan nama sebenarnya atau nama aslinya. Orang akan senang apabila dipanggil nama aslinya, demikian juga dengan kita.

Mengingat-ngingat nama seseorang adalah sebuah langkah untuk mengenali orangnya dan sebagai salah satu bentuk perhatian terhadap sesamanya. Menghafal nama semua orang adalah mustahil. Setidaknya, kita harus hafal nama atasan, anak buah, anggota keluarga, kerabat, dan anggota komunitas di mana kita menjadi bagian di dalamnya.

Sistem ingatan atau memori kita, semua disimpan di dalam otak besar. Besar kecilnya otak seseorang tidak banyak berpengaruh terhadap memori, tetapi jumlah lipatan-lipatan lapisan luar di otak yang banyak berpengaruh untuk memori seseorang. Bagaimanapun juga, memori seseorang memang terbatas. Namun, memori bisa dilatih. Semakin aktif kita mengingat banyak hal atau belajar, semakin banyak sel otak kita yang akan teraktifkan.

Ada beberapa kiat untuk mengingat nama orang. Yakni dengan mengasosiasikannya dengan hal-hal positif. Misalnya, Anda berkenalan dengan orang yang bernama Yupiter, maka bisa diasosiasikan dengan sebuah planet. Ingat planet, ingat Yupiter.

Selanjutnya, Carnegie menyampaikan bahwa mengingat nama orang bermanfaat untuk meningkatkan popularitas, membantu dalam bisnis atau profesi, membantu memperoleh teman baru, memberi warna dalam pergaulan, mencegah perasaan malu dengan menaruh perhatian yang tulus terhadap orang lain, serta mempraktikkan Hukum Emas “memperlakukan orang sebagaimana Anda ingin diperlakukan”.

Bagi orang tua di Malaysia, pemberian nama kepada anak-anak diatur oleh negara melalui Departement Pendaftaran Nasional Malaysia. Peraturan ini bertujuan agar tidak digunakan nama-nama yang mempunyai arti tidak pantas. Zani, dalam bahasa Melayu artinya laki-laki pezinah. Sumseng, dalam bahasa China berarti penjahat. Penduduk Malaysia terdiri dari etnis Melayu 64 persen, India 15 persen, dan China 12 persen.

Untuk memberi nama putra-putri dengan nama-nama yang baik Anda tidak perlu pusing karena sekarang sudah tersedia buku-buku yang memuat nama-nama bayi disertai dengan artinya.

Salah satu agama besar menganjurkan memberi nama yang baik kepada anak-anak kita, agar kelak mereka tidak malu menyandang namanya. Salah satu nama yang dianjurkan adalah Hammam, yang bermakna “mempunyai kemauan yang keras”.

Pada dasarnya, manusia membutuhkan perhatian. Untuk itu perlu ditumbuh kembangkan minat mengingat nama orang dan memanggil atau menyapa seseorang dengan nama aslinya, sebagai wujud dari perhatian dan penghargaan. Hal ini akan menimbulkan rasa simpati dan bahagia secara timbal balik.[mar]

* Marsudijono adalah karyawan di Pertamina dan alumnus SPP Angkatan 4. Saat ini, ia sedang menyusun sebuah buku. Ia dapat dihubungi di: muda_abadi@yahoo.com

instanx

tukar link

Total Tayangan Halaman